Senin, 01 April 2019

Materi Pembinaan Guru Sekolah Minggu


 MATERI PEMBINAAN
GURU SEKOLAH MINGGU
GSRI CITRA


















Jakarta, April  2019







KATA PENGANTAR
Salah satu hal yang patut dimengerti oleh seorang Pengajar Sekolah Minggu adalah menyadari  panggilannya sebagai “Gembala untuk anak-anak”.  Pengajar Sekolah Minggu  juga harus belajar mengenal rekan-rekan yang oleh kehendak Tuhan ditetapkan  untuk bersama-sama memberitakan firman Tuhan. Sebagai Pembina Sekolah Minggu sekaligus pengajar,  penulis sering membaca buku, artikel,  menghadiri pembinaan pelayanan anak, dan menyaksikan video pelayanan anak. Tujuannya supaya menambah wawasan dalam dunia pelayanan anak.  Nyatanya dalam perjalanan pelayanan anakbersama rekan-rekan,  kami juga memikirkan regenerasi dari Tim Pengajar di Sekolah Minggu. Hal in berarti kami  merindukan ada jemaat yang terbeban untuk melayani anak-anak Sekolah Minggu. Sebelum melayani di Sekolah Minggu, tentu diperlukan pembinaan untuk jemaat yang terbeban untuk melayani di Sekolah Minggu. Pada titik inilah penulis merasa perlu merangkum pemahaman penulis mengenai pelayanan anak dalam sebuah makalah. Hal inilah yang mendorong hadirnya  makalah ini. Memang makalah ini masih perlu diperbaharui, artinya Anda bisa mengoreksi dan menambahkannya. Harapan penulis makalah bisa menjadi berkat bagi Pembina Guru Sekolah Minggu dan para calon Guru Sekolah Minggu. Mengutip perkataan Rasul Paulus 1 Timotius 1:12 “Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku.”
  Soli Deo Gloria.



Jakarta, April 2019
Ev. Erni Karma




BAB 1
PENDAHULUAN

Pada abad 18, Inggris sedang dilanda krisis ekonomi yang sangat parah sebagai akibat Revolusi Industri untuk menggantikan tenaga manusia. Akibatnya, banyak penduduk meninggalkan usaha pertaniannya dan pergi ke kota untuk bekerja di pabrik-pabrik, sekalipun dengan upah yang rendah. Masa ini memaksa anak-anak meninggalkan bangku sekolah hanya untuk bekerja dengan gaji yang sangat minim, sedangkan keuntungan pemilik industri semakin bertambah. Akibatnya, akhlak anak-anak menjadi rusak karena para orang tua yang sibuk mencari nafkah. Tingkat kriminal pun semakin hari semakin meningkat sehingga banyak orang yang dipenjarakan. Pemerintah setempat hanya fokus pada hukuman dan tidak mencari solusinya. Pada masa itu Robert Raikes sebagai wartawan cetak di Gloucester Inggris melakukan pendekatan dengan beberapa narapida, ada beberapa yang bertobat. Raikes sempat mengkritik pemerintah Inggris melalui surat kabarnya.  Adam Smith juga melakukan hal serupa dengan kalimat kritiknya"setiap orang cenderung mencari keuntunganya sendiri". Namun usaha mereka tetap tidak mendapat respon dari pemerintah setempat.

Menyingkapi hal tersebut Raikes bertekad mendirikan pendidikan Sekolah Minggu pada juli 1790. Pada waktu itu Sekolah minggu dipertuntukkan untuk anak-anak yang kurang mampu. Di Sekolah Minggu anak-anak membaca Alkitab, menghafal ayat-ayat hafalan dan lagu-lagu rohani. Karena menurut Raikes buku pelajaran yang terbaik yang bisa dipakai adalah Alkitab. Tujuan akhir dari Sekolah Minggu sendiri ialah menjadikan anak-anak memiliki moral yang baik sesuai dengan ajaran Kristus.
Raikes kemudian mengumpulkan beberapa anak dan meminta kesediaan beberapa ibu untuk mengajar anak-anak itu pada hari Minggu di rumah mereka dengan imbalan 1 shilling sehari untuk bantuan ibu-ibu tersebut.
Setiap hari minggu  anak-anak datang jam 10 pagi dan belajar membaca hingga jam 12 siang. Kemudian mereka pulang untuk makan siang dan kembali lagi pada jam 1 siang. Selanjutnya mereka diantar ke gereja untuk beribadah. Selesai ibadah mereka kembali lagi ke Sekolah Minggu dan belajar menghafal katekismus hingga jam 5 sore. Setelah itu mereka diperbolehkan pulang dan selalu diingatkan untuk langsung pulang ke rumah dan tidak berbuat keributan di jalan.
Dalam dua tahun, Sekolah Minggu dibuka di beberapa sekolah dan di sekitar Gloucester. Raikes kemudian mempublikasikan Sekolah Minggu melalui Gentleman's Magazine, dan juga Arminian Magazine pada 1784. Akhirnya atas bantuan John Wesley (pendiri Gereja Methodis), kehadiran Sekolah Minggu diterima juga oleh gereja, mula-mula oleh Gereja Methodis, akhirnya gereja-gereja Protestan lain. Pada tahun 1831, Sekolah Minggu di Inggris telah mengajar 1.250.000 anak, sekitar 25 persen dari populasi. Melihat keberhasilan Raikes, gereja kemudian mengambil alih model pelayanan itu menjadi pekabaran Injil. Di abad ke-20 muncul bahan mengajar pelajaran Sekolah Minggu yang berjenjang, dan mulai terjadi pergeseran dari maksud utama untuk pekabaran Injil menjadi ajang pembinaan. Gereja memakai pembinaan ini menjadi alat yang efektif dalam mengarahkan anak-anak kepada Kristus. Akhir abad ke-19 sampai awal ke-20, muncul kesadaran untuk menangani Sekolah Minggu secara lebih profesional. Ilmu pendidikan mulai diterapkan. Pada tahun 1922 berdirilah "Internasional Sunday School Council of Religious Education", yang pada tahun 1924 berubah nama menjadi "The Internasional Council of Religious Education". Akhirnya pelayanan anak melalui Sekolah Minggu juga hadir di Indonesia



BAB II

DASAR PELAYANAN SEKOLAH MINGGU

Iman di dalam Tuhan  Yesus bertumbuh dari proses belajar kitab Suci dan mengalami Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Sebab itu,  Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah sumber dari pemberitaan Injil kepada anak-anak sekolah minggu. Di dalam 2 Timotius 3:16 “Segala tulisan yang diilhamkan Allah bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran”. Hal ini berarti bahwa segala tulisan yang diilhamkan theopneustos: God-breathed berarti dinafaskan oleh Allah mempunyai kehidupan, pengertian ini menyingkapkan  sifat ilahi Kitab Suci dan kuasa dari firman Tuhan dapat  menguduskan orang percaya. Karena itu segala tulisan yang diilhamkan atau dinafaskan Allah tidak boleh diselewengkan maknanya seperti yang ditegaskan oleh penulis surat Petrus dalam surat 2 Petrus 1:20-21 “Yang pertama yang harus kamu ketahui, yaitu bahwa nubuat-nubuat dalam kitab suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.” Bagian firman Tuhan ini jelas bahwa segala firman Tuhan yang dinafaskan Allah kepada para penulis tidak dihasilkan oleh manusia, tapi oleh dorongan Roh Kudus sehingga mereka dapat menuliskan firman Tuhan yang ada di tangan kita sampai hari ini.
Berkenaan dengan pentingnya  pemberitaan firman Tuhan kepada anak-anak. Nampaknya sebelum Reikes memperkenalkan Sekolah Minggu. Ulangan 6:4-9  merupakan ide awal Tuhan tentang dunia pendidikan anak. Secara detail Tuhan memberikan perintah kepada orang tua termasuk para pengajar anak-anak untuk mengajarkan berulang-ulang, ketika duduk, dalam perjalanan, sedang berbaring, dan bangun. Haruslah diikat sebagai tanda di tanganmu, menjadi lambang di dahimu, dan haruslah dituliskan di tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu. Kebenaran ini kemudian mendapat perhatian serius dari orang tua Yahudi.  Alkitab menjelaskan bahwa dalam budaya orang Yahudi sistim  pendidikan agama bermula di rumah, kemudian ketika Allah menghendaki bangsa Yahudi membangun Bait Allah maka pendidikan tidak hanya dipusatkan di rumah tetapi di  Bait Allah. Cara berpikir orang tua Yahudi sama seperti Raikes. Bahwasannya  tidak ada buku lain yang mereka memiliki keharusan untuk dipelajari selain Alkitab (torat) untuk menjadi pegangan  dan pelajaran tentang Allah dan karyaNya. Karena Pendidikan agama adalah kegiatan utama dan diintergrasikan dalam kehidupan sehari-hari.  Dalam kitab Talmud “Kalau ingin menghancurkan bangsa Yahudi, kita harus membinasakan guru-gurunya.” Hal ini berarti bahwa  bangsa Yahudi adalah bangsa pertama yang menjalankan ide awal Tuhan tentang pendidikan anak.

A.      Pelayanan Anak Masa Perjanjian Lama (Ulangan 6:4-7)
1.       Pembinaan rohani anak dilakukan sepenuhnya dalam keluarga (Ulangan 6:4-7).
2.       Pada zaman pembuangan ke Babilonia, orang tua wajib mengirimkan anak-anaknya yang berusia di bawah lima tahun ke sinagoge untuk dididik oleh guru-guru sukarelawan yang mahir dalam kitab Taurat. Anak-anak dikelompokkan dengan jumlah maksimum 25 orang dan dibimbing untuk aktif berpikir dan bertanya, sedangkan guru menjadi fasilitator yang selalu siap sedia menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. Tetapi tetap menjadi role model anak-anak.

B.      Pelayanan Anak Masa Perjanjian Baru (1 Timotius 3:15)
1.       Ketika orang-orang Yahudi yang dibuang di Babilonia diizinkan pulang ke Palestina, mereka meneruskan tradisi membuka tempat ibadah sinagoge ini di Palestina sampai masa Perjanjian Baru. Tuhan Yesus, pada waktu berumur 12 tahun pergi ke Bait Allah untuk merayakan Paskah bersama orang tuanya, hal ini menunjukkan orang tuannya mengajarkan iman.
2.       Tradisi mendidik anak-anak secara ketat terus berlangsung sampai pada masa rasul-rasul (1 Timotius 3:15) dan gereja mula-mula. Namun, tempat untuk mendidik anak perlahan-lahan tidak lagi dipusatkan di sinagoge tetapi di gereja, tempat jemaat Tuhan berkumpul.
Materi dari pemberitaan Injil kepada anak-anak Sekolah Minggu bersumber dari Alkitab  Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Setelah pendidik memahami dasar dari materi pemberitaan Injil ia secara sadar dan di dalam anugrah Tuhan haruslah berpegang teguh kepada firman Tuhan (Sola Scriptura) (Efesus 4:15), yang berisi tentang Injil Yesus Kristus, hanya dengan iman (Sola Fide) (Galatia 3:11-13) dalam Yesus Kristus (Solus Christus) (Efesus 1& 2) seseorang diselamatkan, semua karena kasih karunia Tuhan jadi tidak ada seorang pun yang membanggakan diri (Sola Gracia) (Efesus 2:8-9), pada akhirnya semua untuk kemuliaan Tuhan (Soli Deo Gloria) (Roma 11:36). Hal lain yang perlu diperhatikan oleh pengajar Sekolah Minggu adalah kurikulum yang akan disampaikan kepada anak didiknya dan usia dari peserta didik juga perlu dipertimbangkan sehingga pesan firman Tuhan yang akan diceritakan kepada anak-anak bisa mencapai learning outcome yang ingin dicapai, dan tentu hal ini akan memudahkan seorang pendidik baik dalam hal mengajar dan hal mengevaluasi materi yang diceritakan kepada anak-anak sepanjang satu semester dan dalam mengevaluasi materi yang bersifat tematik. Artinya kurikulum dan usia anak sangat mempengaruhi jalannya sebuah proses pendidikan kepada anak-anak sekolah minggu.
C.      Rung lingkup kurikulum yang diajarkan di Sekolah Minggu antara lain:
1.       Mengajarkan kepada anak-anak Sekolah Minggu tentang gambaran yang benar mengenai Allah Tritunggal;  sifat-sifat Allah, karya Allah, firman Allah, hukum-hukum Allah, rencana Allah.
2.       Mengajarkan kepada anak-anak Sekolah Minggu tentang gambaran yang benar mengenai manusia; Allah menciptakan manusia, manusia jatuh dalam dosa, Allah menghukum manusia, rencana keselamatan Allah melalui Yesus Kristus, manusia ciptaan yang baru.
3.       Mengajarkan kepada anak-anal Sekolah Minggu tentang gambaran yang benar mengenai alam semesta: Allah menciptakan alam semesta, alam memelihara alam semesta, dan manusia.



D.      Pembagian kelas sekolah minggu GSRI Citra
Dengan mempertimbangkan hal itu, maka Sekolah Minggu GSRI Citra telah memberlakukan proses pembagian kelas yang terbagi dalam lima kelas terdiri dari;
1.       Kelas Kasih (0-5 tahun)
2.       Kelas Sukacita (6-7 tahun)
3.       Kelas Kesabaran (8 tahun)
4.       Kemurahan (9 tahun )
5.       Kebaikan (10-12 tahun).

E.       Usia perkembangan anak secara umum dalam tiap-tiap tahapan perkembangan.

1.      Perkembangan usia kanak-kanak (0-5 tahun) :
a.       Jasmani: Pertumbuhan jasmani berjalan dengan cepat, aktif mendengar, aktif bergerak, berusaha untuk memperoleh ketrampilan otot.
b.      Jiwani: Belajar melalui meniru,ingin tahu besar, fantasi kuat, mudah marah, ada rasa takut, suasana hati gembira, simpati, belajar menolong, murah senyum, ingin mengasihi, bahkan sejak usia tiga tahun mempunyai konsep pribadi sifatnya banyak dipengaruhi oleh perasaan.
c.       Sosial: Ada sikap negativitas, suka menirukan, muncul persaingan, suka bertengkar, dan egois.
d.      Rohani: Tuhan dikenal melalui bahasa dan konsep tentang Tuhan diperoleh dari keluarga, sekolah minggu, taman belajar. Artinya mengenal Tuhan itu baik tergantung dari perlakuan orang dewasa.

2.      Perkembangan usia sekolah (6-12 tahun):
a.       Jasmani: Periode ini disebut periode memanjang, secara fisik fungsi organ otak mulai terbentuk mantap sehingga perkembangan kecerdasannya cukup pesat.
b.      Jiwani: Anak mulai banyak melihat dan banyak bertanya, ada yang malu bertanya, fantasinya berkurang karena melihat kenyataan, ingatan kuat daya kritis mulai bertumbuh, kurang berinisiatif, suka berbagi, dan bertanggung jawab.
c.       Sosial: Kegiatan anak mulai berkelompok dan mengarah pada tujuan tetapi masih egosentris, simpati, kegiatannya hanya satu jenis dan mulai membuat “gang” dengan kompetensi tinggi.
d.      Rohani: Anak mulai memasukkan dalam pikirannya tentang Tuhan mulai memisahkan konsep pikirannya tentang Tuhan mulai memisahkan konsep tentang Tuhan dengan orang tuanya, mulai melihat dalam kehidupan orang tua dan mulai mengerti bahwa Tuhan adalah yang suci, maha baik, penuh kasih, kudus, makin lama Tuhan dipadang sebagai pahlawan.



F.       Kelas persiapan Sekolah Minggu GSRI Citra
Kelas persiapan merupakan dapur dari pengajar Sekolah Minggu. Mengingat Sekolah Minggu adalah pondasi dari gereja. Karena itu, kelas persiapan harus dipimpin oleh seorang hamba Tuhan yang benar-benar telah belajar teologi dengan baik dan benar. Kelas persiapan perlu diikuti oleh seluruh pengajar Sekolah Minggu artinya jika seorang pengajar tidak mengikuti kelas persiapan seharusnya tidak diizinkan untuk menceritakan firman Tuhan. Sekalipun dia sudah memahami sebagian isi dari cerita Alkitab. Hal ini dikarenakan yang penting disini adalah adanya kesatuan hati untuk mendiskusikan inti yang akan diceritakan tentu dengan tuntunan Allah Roh Kudus. Kelas persiapan yang dilangsungkan di GSRI Citra setiap hari  jumat jam 8 malam bertempat di gereja. Cakupan pembahasan meliputi sejarah, latar belakang budaya, kontek zaman Alkitab dan zaman sekarang yang kita sebut sebagai pelajaran rohani atau inti dari cerita yang akan diceritakan kepada anak-anak sekolah minggu. Ringkasan dari sebuah cerita umumnya tersingkap dalam ayat hafalan, maka dari itu seorang pengajar perlu mendorong dan menjelaskan dengan tepat kepada anak-anak Sekolah Minggu untuk menghafal dengan benar dan memahami arti dan inti dari ayat yang dihafalkan.

G.      Metode Belajar
a.       Cerita:
1.      Membaca bahan pelajaran.
2.      Alur cerita harus sistematis sehingga intinya dapat dipahami oleh anak.
3.      Media Power Point (laptop atau komputer)
4.      Gunakan kata-kata yang sederhana dan mudah dimengerti oleh anak.
5.      Gunakan ilustrasi atau pengalaman hidupmu bersama Tuhan. Cat. Tidak selalu.
6.      Atur suara supaya tidak menoton.
7.      Anak-anak harus menghafal ayat hafalan.
8.      Harus ada kesimpulan dari cerita.
b.      Tanya jawab:
1.      Bersifat mencari informasi dan sesuai dengan pokok pelajaran. Pertanyaan bisa dalam bentuk lisan atau tulisan. Jika kesulitan untuk menjelaskan sebaiknya dalam bentuk tulisan.
2.      Membaca bahan pelajaran
3.      Bersifat aplikatif sehingga anak-anak tidak kesulitan mencari jawabannya.
4.      Anak-anak menghafal ayat hafalan.
5.      Harus ada kesimpulan dari setiap pertanyaan dan jawaban.

c.       Drama:
1.      Membaca bahan pelajaran.
2.      Siapkan video atau gambar yang sesuai dengan pelajaran, ditonton/diperhatikan dengan cermat kemudian diperagakan ulang.
3.      Usahakan anak-anak antusias untuk memperagakan tokoh yang ada dalam video atau gambar.
4.      Atur suara supaya tidak menoton.
5.       Evaluasi hasil peragaan anak-anak apakah tepat seperti pokok pelajaran.
6.      Anak-anak menghafal ayat hafalan
7.      Harus ada kesimpulan.
H.      Bagaimana Anak Belajar?

1.      Proses belajar terus-menerus
2.      Proses belajar melalui panca indra
3.      Proses belajar melalui kegiatan di kelas dan luar kelas
4.      Proses belajar terjadi ketika anak sudah siap untuk belajar
5.      Proses belajar meniru




BAB III
PENDIDIK SEKOLAH MINGGU
Mengacu pada perkataan Tuhan Yesus Kristus sendiri: "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Surga” Markus 10:14. Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan Yesus menghendaki supaya anak-anak kecil juga datang kepadaNya untuk mendengarkan firman Tuhan. Maka dibutuhkan Pendidik anak-anak atau pengajar Sekolah Minggu yang bisa membantu orang tua untuk membimbing anak-anak Sekolah Minggu untuk belajar  firman Tuhan. Tujuan utama pendidikan Kristen adalah mengajar anak-anak takut akan Tuhan, hidup menurut jalan-Nya, mengasihi-Nya, melayani-Nya dengan segenap hati dan jiwa mereka (Ulangan 10:12-14), dan menceritakan pengalaman hidup bersama Tuhan. Karena mendidik anak dalam kebenaran firman Tuhan berlainan dengan pendidikan sekuler yang bertujuan untuk menciptakan generasi muda yang penuh ambisi untuk sukses, mandiri, dan percaya pada kekuatan diri sendiri. Sedangkan pendidikan Kristen mendidik anak-anak untuk memiliki sikap mementingkan Tuhan di atas segala-galanya, taat pada Tuhan, dan bergantung pada kekuatan Tuhan untuk terus berkarya. Nilai-nilai yang penting dalam pendidikan Kristen adalah kasih, ketaatan, kerendahan hati, dan kesediaan untuk ditegur.

A.    Kompetensi Dasar Guru Sekolah Minggu
1.      Kompetensi kerohanian yaitu kemampuan mengelolah waktu untuk bersekutu dengan Tuhan, pekerjaan, keluarga dan pelayanan.
2.      Kompetensi kepribadian yaitu kemampuan memiliki kepribadian mantap, stabil, dewasa, bijaksana, berwibawa, menjadi teladan bagi anak-anak Sekolah Minggu.
3.      Kompetensi professional yaitu kemampuan menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing anak-anak Sekolah Minggu memenuhi kurikulum yang ingin dicapai.
4.      Kompetensi sosial yaitu kemampuan untuk berkomunikasi dan berhubungan sosial secara efektif dengan anak-anak Sekolah Minggu, sesama Guru Sekolah Minggu, orang tua/wali anak-anak Sekolah Minggu, jemaat dan masyarakat luas.
5.      Kompetensi Pedagogi adalah kemampuan pendidik untuk mengelolah kegiatan pembelajaran. Kemampuan ini meliputi pemahaman Guru Sekolah Minggu terhadap anak-anak Sekolah Minggu, kemampuan merencanakan dan melaksanakan kegiatan mengajar, kemampuan mengevaluasi hasil mengajar, dan kemampuan mengembangkan/mendorong  anak-anak Sekolah Minggu untuk mengaktualisasikan diri secara maksimal.
B.     Kualifikasi Guru Sekolah Minggu
1.      Guru Sekolah Minggu adalah orang kristen sejati, maksudnya sudah lahir baru dan sudah dibaptis atau sidi. Luk 6:39 - “Yesus mengatakan pula suatu perumpamaan kepada mereka: ‘Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang?”.
Apa ciri dari orang kristen yang sejati?
                                                                          i.               Mempunyai keyakinan keselamatan di dalam Yesus Kristus.
                                                                        ii.            Mempunyai pengertian yang baik tentang dasar-dasar kekristenan.
                                                                      iii.               Ada kerinduan untuk hidup  terus-menerus dibaharui oleh Tuhan.
                                                                      iv.            Mempunyai kerinduan terhadap Firman Tuhan dan berdoa.
                                                                        v.               Mempunyai beban untuk memberitakan Injil.
2.      Guru Sekolah Minggu haruslah orang yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang firman Tuhan, dan selalu belajar firman Tuhan. (1 Timotius 4:13-16).
3.      Guru Sekolah Minggu haruslah orang yang memang dipanggil Tuhan untuk melakukan pelayanan sebagai Guru Sekolah Minggu. (Roma 12: 13-16 dan 1 Timotius 1:12).
4.      Guru Sekolah Minggu haruslah orang yang mau mengajar inti Injil kepada anak-anak (Yohanes 3:16), adalah “Injil dalam bentuk mini” oleh Martin Luther.
5.      Guru Sekolah Minggu harus rajin berdoa untuk pelayanan dan anak-anaknya (Kolose 1:3-4,9-12).
6.      Guru Sekolah Minggu seharusnya bisa bersahabat dengan anak-anak. (Matius 18:10).
7.      Guru Sekolah Minggu haruslah orang yang suka belajar untuk mengembangkan bakat dan talenta yang Tuhan berikan seperti; mengikuti seminar, membaca bacaan terkait dengan pelayanan anak, pendalaman Alkitab, dan bidang musik.
8.      Guru Sekolah Minggu harusla orang mau ditegur oleh mentor atau sesama rekan pelayanan tidak menuntut kemungkinan dari anak  didik atau orang tua para nara didik.

C.     Pemahaman Guru Terhadap Anak Sekolah Minggu
Memahami anak Sekolah Minggu dapat dilakukan dengan mempelajari karakter, kebutuhan dan tahapan perkembangan usia anak. Hal ini sangat berpengaruh terhadap pemilihan dan penetapan strategi kegiatan di Sekolah Minggu. Jika kegiatan yang dipilih terlalu tinggi tingkat kesulitannya maka anak akan sulit untuk mengerti inti dari materi yang diceritakan. Ada beberapa hal  yang penting tentang psikologi anak yang perlu dipelajari dan dipahami sebelum melayani anak-anak;
Kebutuhan Dasar Anak:
1.      Anak membutuhkan kasih sayang.
2.      Anak membutuhkan rasa aman.
3.      Anak membutuhkan disiplin .
4.      Anak membutuhkan kebebasan untuk mengaktualisasikan diri.
5.      Anak membutuhkan penghargaan.



D.    Prinsip Penerimaan Pengalaman Pendidikan Bagi Anak
1.      Semua pengalaman belajar anak dapat mempengaruhi dan membentuk karakter dan arah hidupnya; seperti yang dikatakan oleh Dorothy Law Notle:
Jika anak hidup dengan kritikan, ia belajar untuk menghakimi.
Jika seorang anak hidup dengan kebencian, ia belajar kebencian.
Jika seorang anak hidup dengan ejekan, ia belajar untuk menjadi malu.
Jika seorang anak hidup dengan dipermalukan, ia belajar untuk merasa bersalah.
Jika seorang anak hidup dengan dorongan, ia belajar keyakinan diri.
Jika seorang anak hidup dengan pujian, ia belajar untuk menghargai.
Jika seorang anak hidup dengan keadilan, ia belajar keadilan.
Jika seorang anak hidup dengan aman, ia belajar aman.
Jika seorang anak hidup dengan pengesahan, ia belajar untuk menyenangi dirinya.
Jika seorang anak hidup dengan penerimaan dan persabatan, ia belajar untuk mengasihi dunia.

2.      Kepribadian anak mudah dibentuk pada usia dini.
3.      Setiap tahap perkembangan anak membutuhkan pembinaan khusus.
4.      Setiap anak menunggu untuk dibentuk oleh orang pendidiknya


BAB IV
SOP PENDIDIK SEKOLAH MINGGU GSRI CITRA

            Laose GSRI Citra adalah pengajar yang mau melayani anak-anak Sekolah Minggu, sebagai Pembina penulis menyakini bahwa mereka dipanggil oleh kehendak Allah, dan berikan tugas dan wewenang oleh Allah melalui hamba Tuhan dan Jemaat, untuk melayani anak-anak sebagai generasi dari GSRI CITRA sesuai karunia-karunia yang Tuhan berikan.
a.       Ikut memelihara atau menjaga kehidupan rohani anak-anak Sekolah Minggu.
b.      Bertanggung jawab dalam mendorong anak-anak untuk memberitakan Injil.
Pembina Sekolah Minggu: Ev. Erniati Tabita Karma
                                                     i.            Memimpin dan mengatur seluruh penatalayanan Sekolah Minggu seperti kelas persiapan setiap minggu. Jika berhalangan perlu komunikasikan dengan rekan-rekan hamba Tuhan.
                                                   ii.            Membuat kurikulum Sekolah Minggu yang sesuai dengan Visi dan Misi Gereja.
                                                 iii.            Membantu mengingatkan PIC dari setiap Event yang akan dilaksanakan di Sekolah Minggu.
                                                 iv.            Mendorong Laose Sekolah Minggu untuk mengikuti pembinaan dalam bidang pelayanan anak.
                                                   v.            Melakukan kunjungan ke anak-anak Sekolah Minggu.
                                                 vi.            Mengganti Laose yang tidak bisa mengajar karena berhalangan.
                                               vii.            Bertanggung jawab kepada Diaken Penghubung dari Sekolah Minggu dan rapat Pleno Majelis.

Laose-Laose GSRI Citra: Ls. Janice, Ls. Abigail, Ls. Ming Ay, Ls. Jason, Ls. Liang-liang, Ls. Wang-wang, Ls. Tek Jin, dan Ls. Mulyadi.
                                                    i.      Kelas Persiapan setiap hari jumat jam 8 malam di gereja. Latihan Musik dan WL  
     setiap hari jumat atau Sabtu. Hadir di Sekolah Minggu jam 8:30 WIB.
                                                              ii.      Membantu Pembina untuk merancang kurikulum Sekolah Minggu, mengingat
  ulang tahun anak-anak Sekolah Minggu dan absensi kehadiran anak-anak Sekolah  
  Minggu.
                                                            iii.      Memimpin proses belajar mengajar di kelas masing-masing. Setelah ibadah
  membereskan:  LCD dan Laptop ke ruang hamba Tuhan, keyboard, mike rophone     
  di ruang SM, dan uang Persembahan ke Dkn. Nila.
                                                            iv.      Menghadiri program persekutuan dan ibadah yang ada di gereja seperti; Ibadah
   Minggu, CFC, dan Doa Pagi. Terlibat dalam pelayanan sosial yang dilaksanakan
   di gereja.
                                                              v.      Mengingat jadwal pelayanan. Jika berhalangan perlu diinfokan satu minggu
   sebelumnya kepada Pembina Sekolah Minggu.
                                                            vi.      Bersama Pembina mengunjungi anak-anak Sekolah Minggu dan bersedia      
   mengikuti pembinaan.
                                                          vii.      Bertanggung jawab kepada Pembina Sekolah Minggu.





BAB V
KESIMPULAN
Ulangan 6:4-9 merupakan ide awal Tuhan Allah tentang dunia pendidikan anak. “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.” Dengan demikian, seorang pengajar anak Sekolah Minggu harus memahami bahwasannya sumber pemberitaan Injil untuk anak-anak adalah ide dari Tuhan. Sebab itu, Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru menjadi sumber dari seorang pengajar Sekolah Minggu. Sebab, Alkitab adalah dasar dari semua ilmu pengetahuan (2 Timotius 3:16).  Ilmu pengetahuan tidak memimpin kepada kekekalan kecuali kebenaran dari sang Pencipta. You have made us for yourself, O Lord, and our hearts are restless until they rest in you (Augustine of Hippo).










BAB VI
DAFTRAR PUSTAKA
Boehlke, Robert R., PhD, Sejarah Perkembangan Pikiran Dan Praktek Pendidikan Agama Kristen: Dari Yohanes Amos Comenius Sampai Perkembangan PAK di Indonesia, BPK Gunung Mulia, 2011.
Kitab Talmud adalah catatan tentang diskusi para rabi yang berkaitan dengan hukum Yahudi, etika, kebiasaan dan sejarah.
 








Tidak ada komentar:

Posting Komentar